Parrhesia: freeing one self

Let's talk and talk

Nilai Daslog Kelas E dan F

Sila Cek Nilai Dasar-dasar Logika untuk kelas E dan F, enjoy… šŸ™‚
Nilai Daslog E

Nilai Daslog F

Nilai Dasar Logika

Sila periksa nilai dasar logika untuk kelas A-D di bawah ini.
Nilai Daslog 12-13 kls A
Nilai Daslog 12-13 kls B
Nilai Daslog 12-13 kls C
Nilai Daslog 12-13 kls D

GBPP KAPITA SELEKTA

Sila unduh GBPP Kapita selekta di tautan berikut SILABUS KAPSEL

GBPP DASAR LOGIKA 2012/2013

Silahkan download GBPP Mata Kuliah Dasar Logika di tautan berikut. gbpp dasar logika
Untuk pengiriman tugas silahkan email ke tdaslog@gmail.com dengan subjek dan nama file sebagai berikut: NPM_Kelas_tugas_# contoh 210110090196_Anisa Nurfitria_tugas_3.
Have a nice semester

Nilai Stumed, Permed, dan MPK2

Silahkan di download nilai akhir untuk mata kuliah Studi Media, Perencanaan Media, dan MPK (Kualitatif)

JIka ada komentar atau pertanyaan selaihkan berikan komentar di bawah ini atau hubungi saya melalui email

Nilai Stumed 2012
NILAI MPK2 ctc 2012
PERENCANAAN MEDIA 2012

Nilai Filsafat Komunikasi 2012

Silahkan download dan lihat nilai filkom di link berikut

Filkom Nilai media 2012

ctc Filkom Nilai 2012

Jika ada komentar tentang metode pengajaran, penilaian dll untuk perbaikan mata kuliah ini mendatang silahkan tuliskan komen di bawah. Terima kasih

Imagologi: Citra dan Media

Reality was stronger than ideology. And it is in this sense that imagology surpassed it: imagology is stranger than reality (Kundera-Immortality)

Milan Kundera adalah penulis pertama yang menggunakan istilah imagologi untuk menunjukkan kondisi di era media massa elektronik. Kundera memberikan contoh bagaimana neneknya yang hidup di pedesaan mengalami kehidupan ā€˜realā€™ dalam kesehariannya. Tidak seorangpun bisa membodohi nya karena memiliki kontrol personal terhadap realitas. Di lain sisi Kundera membandingkan neneknya dengan seorang tetangganya yang hidup di Paris dengan ritme hidup khas kota besar modern. Kerja delapan jam sehari dengan kemacetan yang menyita waktunya dan ketika sampai di rumah menonton televisi. Apapun yang disampaikan televisi terutama polling opini publik terhadap sebuah masalah akan di percaya dan televisi yang mengontrol realitas, imagologi.

Polling opini publik menurut Kundera merupakan instrumen penting dari kuasa imagologis, karena polling memungkinkan imagologi untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan masyarakat. Temuan dari polling telah menjadi realitas yang lebih tinggi dari yang real, atau menurut Kundera menjadi kebenaran, sebuah kebenaran yang paling demokratis dari yang pernah ada.

Istilah Imagologi kemudian digunakan secara luas kalau tidak semena-mena oleh para penulis dan akademisi di berbagai disiplin. Sebagai contoh, pada disiplin hubungan internasional atau sastra imagologi didefinisikan sebagai ā€œthe study of cross-national perceptions and images as expressed in literary discourseā€. Imagologi menjadi penting dalam dua disiplin ini karena semakin bertambahnya sikap, stereotype, dan prasangka yang menuntun aktifitas kesusastraan dan hubungan internasional berasal dari karya sastra tentang sebuah negara atau bangsa.

Imagologi secara lebih provokatif ditulis dalam buku Imagologies: Media Philosophy oleh Taylor dan Saarinen (1993). Mereka tidak secara explisit mendefinisikan imagologi, namun dari isi buku (non-buku), mereka melihat imagologi sebagai sebuah produk dari perkembangan teknologi komunikasi informasi, budaya simulasi/postmodern, kecepatan dan percepatan, pendidikan, dan praktik komunikasi baru. ā€˜Where would Socrates hold his dialogues today? In the media and on the netā€. Taylor dan Saarinen membuat bukunya dalam bentuk hypertext dimana pembaca dipersilahkan untuk mengisi lubang-lubang text yang sedemikian rupa dibentuk melalui teknologi email dan hypertext pada awal 1990an.

Imagologi secara etimologis berasal dari kata imago=citra/gambar dan logos=kata-kata/ilmu. Kajian imagologi sangat beragam mulai dari teori tentang citra publik, pendekatan terhadap citra publik, dan pembuatan citra. Konsep citra publik bak Janus, dewa berwajah dua. Di satu sisi citra di pahami sebagai komunikasi, terutama komunikasi visual atau presentasi. Di lain sisi citra dianggap sebagai ā€˜gambar mentalā€™ atau ide. Grunig menyebut perbedaan ini sebagai ā€˜citra artistikā€™ dan ā€˜citra psikologisā€™. Citra artistik merujuk pada pengirim pesan yang menampilkan atau mempresentasikan sesuatu. Sedangkan citra psikologis melekat pada penerima pesan, yang menginterpretasi dan memahami citra sedemikian rupa.

Citra dalam pendekatan wacana kritis dipandang sebagai realitas buatan manusia yang menipu atau pseudo-reality. Sebagai contohnya seorang jurnalis yang tidak percaya begitu saja pernyataan seorang pejabat dan berusaha untuk menemukan kebenaran dibalik pernyataan tersebut.

Terdapat pula pendekatan wacana pemasaran dalam membahas citra. Imagologi di sini lebih diartikan pada seni untuk menciptakan citra-citra yang bernilai atau ideal dimana orang akan mengikutinya tanpa mempertanyakanya dengan kritis. Insinyur citra atau dalam bahasa Kundera adalah imagologues adalah orang yang penuh keyakinan dan prinsip, ia meminta jurnalis mencerminkan sistem imagologis dari saat tertentu untuk diterbitkan atau disiarkan di media.

Taylor dan Saarinen mengatakan bahwa kita harus menjadi imagologis, yaitu:

The imagologist is a spacemaker whose task is to create a gap where others can write. For there to be such an opening, everything must remain inconclusive. The absence of answers creates the opening of the media philosopher’s quest-ion. The only writing worth reading today is spacey. Turn on, tune in, space out.

What’s in it for me?

Mengubah perilaku orang lain atau kelompok lain menjadi mimpi basah profesional komunikasi. Rahasia terbesar bagi mereka yang terlempar dan terjebak harus belajar ilmu komunikasi. Walaupun terdapat ratusan teori tentang perubahan perilaku, namun berapa kampanye yang gagal atau capaiannya jauh dari harapan yang dirumuskan dalam tujuan.

Mari kita berandai-andai saya ingin anda membaca blog saya, ketika anda membaca tulisan ini, apakah saya sudah berhasil? Sudah jika tujuan saya membuat anda membaca blog saya. Belum, kalau tujuan saya adalah membuat anda membaca lebih banyak buku dan melakukan penelitian setelah membaca tulisan saya. Nah, disini formulasi tujuan menjadi penting.

Tujuan yang baik adalah yang SMART: Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan Time-Bound.

Misal, saya merumuskan tujuan saya menulis blog adalah agar visibilitas saya di dunia maya semakin tinggi. Benar ini adalah tujuan, tapi bukan tujuan yang baik sehingga saya bisa membuat strategi komunikasi untuk blog saya. Apa gunanya jika visibilitas saya naik semakin tinggi tetapi 100 tahun lagi?

Saya harus merevisi tujuan saya agar SMART: Selama 1 tahun, saya akan memperoleh 100 teman yang mau berdiskusi di blog saya tentang ilmu komunikasi.

Coba bandingkan tujuan 1 dan 2, menurut anda apa perbedaannya? Apa keuntungan bagi anda jika anda membuat tujuan dengan SMART? Salah satu konsep penting dalam berkomunikasi adalah selalu berorientasi pada audiens, What’s in it for the audience? Untuk anda saya menawarkan sedikit wawasan yang harus kita perluas bersama-sama. Salam.

Kuda yang Menari

Pernah melihat kuda menari? Kalau belum coba datanglah ke Sumedang. Di kota ini terdapat sebuah kesenian yang unik, kuda yang menari diiringi musik. Kesenian ini biasanya diadakan untuk merayakan sunatan. Si anak yang di sunat dinaikkan ke kuda renggong yang akan di arak mengelelingi desa.

Tahun 2010, kuda renggong genap berusia 100 tahun. Sejak pertama kali di praktekkan sebagai sebuah kesenian rakyat hasil sabda seorang raja, kuda renggong kini telah mengantarkan jutaan anak memasuki pintu gerbang kedewasaan.

Kini mungkin saatnya kuda renggong benar-benar menjadi primadona. Kesenian yang unik ini harusnya menjadi daya tarik utama dan bahkan menjadi identitas Sumedang. Sumedang, where the horses dance.

BlogCatalog

Academic,  Learning & Educational Blogs - BlogCatalog Blog Directory